Hidup dalam Dunia yang Lebih Memihak Pria
Kita hidup di dunia yang sebagian besar dirancang oleh pria, untuk pria. Terlebih lagi, pria kulit putih. Sepanjang sejarah hingga kini, kehidupan, data, dan sudut pandang pria sering kali dianggap mewakili seluruh umat manusia. Fenomena ini dikenal sebagai ‘kesenjangan data gender’ yang memengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk lingkungan binaan, penelitian medis, teknologi, dan tempat kerja.
Bagi perempuan, hidup di dunia yang lebih memenuhi kebutuhan data pria berarti menghadapi ketidaknyamanan sehari-hari yang bahkan dapat mengancam kesehatan dan keselamatan mereka.
Pada tahun 2019, penulis feminis Caroline Criado Perez menarik perhatian dunia lewat bukunya yang mengungkap kesenjangan data gender, Invisible Women. Bagaimana kesenjangan data ini memengaruhi kehidupan perempuan, terutama di tempat kerja? Dan apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya?
Jangan Abaikan Kemajuan yang Sudah Dicapai
Indeks Kesetaraan Gender memberikan skor antara 1 hingga 100, di mana 100 menunjukkan kesetaraan penuh antara pria dan wanita. Skor ini didasarkan pada metrik seperti pekerjaan, uang, kekuasaan, kesehatan, dan pengetahuan. Irlandia, misalnya, saat ini memiliki skor 73, meningkat 7,6 poin sejak 2010. Kemajuan ini patut dirayakan meski perjalanan menuju kesetaraan sejati masih panjang.
Kemajuan signifikan terlihat pada metrik kekuasaan, yang mengukur representasi gender dalam peran pengambilan keputusan di bidang politik, ekonomi, dan sosial. Kategori ini meningkat 27,5 poin sejak 2010. Kesetaraan gender dalam pendidikan tinggi juga meningkat 4,2 poin sejak tahun yang sama.
Namun, skor Irlandia justru menurun 1,3 poin sejak 2020, menunjukkan masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan, terutama dalam mengatasi kesenjangan data gender.
Hambatan yang Dihadapi Perempuan di Dunia yang Dirancang untuk Pria
Banyak produk dirancang berdasarkan data pria, mulai dari smartphone hingga fasilitas umum. Contohnya, ponsel pintar sering kali terlalu besar untuk tangan perempuan, karena rata-rata ukuran tangan pria hampir satu inci lebih panjang daripada tangan perempuan.
Kita juga bisa melihat ketimpangan ini di antrean toilet umum. Pria biasanya dapat masuk langsung, sementara perempuan harus mengantre panjang. Hal ini terjadi karena ruang toilet untuk pria dan perempuan biasanya diberi luas yang sama, tanpa mempertimbangkan fakta bahwa perempuan membutuhkan lebih banyak waktu untuk menggunakan toilet.
Dampak Kesenjangan Data yang Lebih Serius
Masalah ini tidak hanya menyebabkan ketidaknyamanan tetapi juga berdampak serius pada kesehatan dan keselamatan perempuan. Misalnya, penelitian menunjukkan bahwa perempuan dua kali lebih mungkin meninggal setelah serangan jantung dibandingkan pria. Salah satu penyebabnya adalah gejala serangan jantung pada perempuan yang kurang diteliti karena mayoritas peserta uji klinis untuk penyakit kardiovaskular adalah pria.
Ketimpangan gender juga terlihat dalam uji keamanan kendaraan. Perempuan 73% lebih mungkin mengalami cedera serius dan 17% lebih mungkin meninggal dalam kecelakaan mobil. Ini sebagian besar karena standar uji tabrakan menggunakan manekin pria sebagai model utama. Baru beberapa tahun terakhir manekin perempuan mulai digunakan, yang merupakan langkah ke arah yang benar.
Tempat Kerja yang Lebih Ramah Pria
Ketimpangan data juga merambah tempat kerja. Misalnya, sistem pendingin udara kantor dirancang berdasarkan suhu tubuh pria berusia 40 tahun dengan berat 11 stone (sekitar 70 kg). Akibatnya, suhu kantor rata-rata lima derajat lebih dingin dari suhu ideal untuk perempuan.
Selain itu, perlengkapan pelindung diri (PPE) sering kali tidak cocok untuk perempuan karena dirancang berdasarkan ukuran pria. Hal ini berdampak pada kemampuan dan keselamatan perempuan yang bekerja di industri seperti konstruksi, layanan darurat, dan kepolisian. Menurut survei, hanya 5% perempuan pekerja layanan darurat yang menyatakan bahwa PPE mereka tidak pernah menghambat pekerjaan.
Hambatan lain termasuk desain kantor terbuka yang tidak selalu nyaman untuk perempuan, meja kerja yang lebih cocok untuk tinggi rata-rata pria, hingga jam kerja yang tidak fleksibel bagi perempuan yang memiliki tanggung jawab pengasuhan.
Pentingnya Kepemimpinan yang Beragam
Hanya sepertiga (33%) pekerja di Irlandia yang percaya bahwa organisasi mereka memiliki representasi gender yang setara di tim kepemimpinan senior. Bagaimana kita bisa menciptakan tempat kerja yang inklusif jika tidak ada cukup banyak pemimpin yang mewakili sudut pandang perempuan? Tim kepemimpinan yang beragam memungkinkan suara kelompok yang kurang terwakili untuk didengar, sehingga masalah dapat diidentifikasi dan diatasi.
Data menunjukkan lebih dari sepertiga (36%) profesional di Irlandia merasa bahwa organisasi mereka tidak menawarkan peluang yang setara bagi pria dan perempuan. Kurangnya fleksibilitas atau opsi kerja jarak jauh bisa menjadi salah satu penyebab, dengan hampir separuh (44%) pekerja percaya bahwa hambatan bagi perempuan berkurang selama pandemi ketika kerja jarak jauh lebih umum.
Jika organisasi Anda kekurangan representasi perempuan dalam peran kepemimpinan, evaluasilah hambatan yang mungkin mereka hadapi dan cari cara untuk mengatasinya.
Mengupayakan Perubahan Sepanjang Tahun
Hari-hari kesadaran seperti Hari Perempuan Internasional penting untuk mendorong diskusi, tetapi tidak cukup. Kita harus melanjutkan percakapan ini sepanjang tahun. Jangan ragu untuk menantang bias dan ketidaksetaraan gender yang telah diterima sebagai norma. Bersama-sama, kita dapat terus mendorong kesetaraan dan inklusi gender yang sesungguhnya.